Beberapa Faktor Kenapa Data Black Box Pesawat Tidak Disimpan ke Dalam File Cloud
Jakarta - Black box menjadi benda paling krusial saat terjadi kecelakaan pesawat. Black box atau kotak hitam adalah istilah umum yang digunakan dalam industri penerbangan untuk merekam information selama pesawat diterbangkan.
Mungkin menjadi pertanyaan banyak orang, mengapa data black box pesawat tidak disimpan di cloud atau komputasi awan seperti yang sering dilakukan dengan file lainnya? Terlebih, saat ini teknologi kian berkembang dan sejumlah maskapai penerbangan telah menyediakan layanan internet di dalam kabin.Banyak yang beranggapan, jika informasi yang ada di black box dapat di-upload secara live ke cloud, akan mempermudah proses investigasi penyebab kecelakaan. Terlebih, saat benda paling krusial itu tidak bisa ditemukan usai kecelakaan pesawat.
Saat ini, sejumlah perusahaan telah mengembangkan teknologi penyimpanan data penerbangan secara real time ke cloud. Namun, teknologi tersebut belum diadopsi secara luas oleh banyak maskapai penerbangan.
Menurut pengamat industri penerbangan, salah satu penghambatnya adalah biaya. Selain biaya, faktor yang paling disoroti terkait penyimpan data black box di cloud adalah keamanan saat pengaplikasian streaming data penerbangan.
Pencurian atau pengubahan informasi rentan terjadi saat data dikirim atau saat information sudah tersimpan di server. Dengan teknologi cloud yang memanfaatkan lebih dari satu jaringan server, risiko kebocoran information tentu semakin tinggi.
Dilansir Science Exactly How Stuff Works, kendala lainnya adalah rentan terjadi gangguan sinyal saat pesawat mengalami kecelakaan. Streaming data cloud kemungkinan besar akan gagal dikirim atau tersalin ke cloud akibat jaringan web yang tidak stabil.
Apalagi, jumlah data yang dihasilkan black box setiap detiknya tidaklah sedikit. Maka, diperlukan jaringan net yang cepat dan stabil. Selain itu, kondisi pesawat yang selalu bergerak dan faktor cuaca membuat information tidak terekam dengan utuh.
Flyht Aerospace Solutions di Kanada telah menyediakan layanan streaming black box dengan harga sekitar Rp 1,45 miliar per pesawat. Perusahaan tersebut mengatakan memiliki lebih dari 50 pelanggan dan sudah dipasang di sekitar 400 pesawat.
Canada's First Air adalah salah satu maskapai penerbangan yang menggunakan sistem FLYHT. Namun, sayangnya sistem yang terpasang tidak terus-menerus mengirim information ke Cloud.
Alat tersebut hanya aktif ketika pesawat dalam keadaan regular. Perangkat streaming mirip dengan perangkat keras kotak hitam yang telah digunakan di pesawat selama beberapa dekade.
Perangkat tersebut terdiri dari perekam suara kokpit dan perekam data penerbangan yang berfungsi saat proses investigasi. Faktor existed yang juga menjadi alasan mengapa sistem streaming data black box ke cloud belum diterapkan di semua pesawat adalah belum adanya regulasi terkait hal ini.
Komentar
Posting Komentar